Showing posts with label Sosial. Show all posts
Showing posts with label Sosial. Show all posts

Monday, December 12, 2011

Pengendalian Sosial

Pengendalian Sosial

Menurut Berger, Pengendalian sosial adalah cara yang dipergunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang, sedangkan menurut Roucek, pengendalian sosial merupakan proses terencana maupun tidak tempat individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.

Pengendalian Sosial merupakan teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berprilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu.

Jika pengendalian sosial dapat  dijalankan secara efektif, maka perilaku individu akan konsisten dengan tipe perilaku yang diharapkan. Jika anggota masyarakat atau individu tidak berhasil berprilaku dengan sikap yang dapat diterima dalam situasi-situasi tertentu cenderung dianggap sebagai penyelewengan.

Tujuan dari pengendalian sosial sendiri, antara lain:
1).Agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku baik dengan kesadaran sendiri maupun paksaan.
2).Agar dapat terwujud keserasian dan ketentraman dalam masyarakat.
3).Bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma-norma yang berlaku.

Demikian tadi penjelasan singkat mengenai Pengendalian Sosial, semoga dapat bermanfaat buat rekan-rekan yang sedang mencarinya. Terimakasih.

Monday, May 31, 2010

Bentuk-bentuk Ketidak Adilan Gender

Bentuk-bentuk Ketidak Adilan Gender

Marjinalisasi atau Pemiskinan
Suatu proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan bagi perempuan atau laki-laki. Hal ini nampak pada film film yang menggabarkan banyak para kaum lelaki menjadi pemimpin perusahaan menjadi eksmud. Dan sebaliknya banyak para wanita yang digambarkn sebagi pembantu rumah tangga TKW ataupun pengemis, sebenarnya secra tidak langsung membedakan dan mentidak adilkan gender, hal yang lebih mengecewakan ialah para wanita tidak merasa di tindas.


Subordinasi atau penomorduaan
Ialah Sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki dibangun atas dasar keyakinan satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding yang lain. Ini mempunyai pendapat bahwa lelaki mempunyai lebih unggul. Hal ini berkeyakinan bahwa kalu ada laki laki kenapa harus perempuan. Fenomena ini sering terjadi dalam film, yaitu ketika peran eksmudd yang selalu di perankan oleh pria, jika ada wanita yang berperan seebagai eksmud pastilah dia akan bermasalah dan selalu tidak sesukses pria. Sebenarnya hal ini memag tidak terlalu bnyak di perhitungkan karena ini seperti menyutikan racun pada tubuh. Sedikit sedikit media (film) mengkonstruk budaya pria selalu didepan.

Stereotype
Suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang membuat posisi perempuan selalu pada pihak yang dirugikan. Setreotipe ini biasa juga menjadi pedoman atau norma yang secara tidak lagsung diterapkan oleh berbagai masyarakat. Contoh streotipe ialah wanita perokok itu dianggap pelacur, ppadahal belum tentu ia pelacur pandangan yang seperti inilh yang selalu menyudutkan kaum wanita.  Semenjak adanya pandangan mengenai streotipe ini menjadiakn suatu belenggu pada kaum wanita.


Bias-bias gender yang terjadi tersebut tidak dapat dihilangkan dengan mudah, begitu pula tidak dapat dilawan secara langsung oleh berbagai macam pergerakan yang ada, hal tersebut terjadi karena beberapa hal, antara lain:

1).Khalayak belum sadar secara penuh bahwa mereka hidup dalam dunia kapitalisme global yang merujuk pada ‘penindasan’ dan ‘penjajahan’. Hal tesrebut sejalan dengan pandangan teori kritis yang mengatakan bahwa dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari ‘penindasan’ maupun ‘penjajahan’. Dalam hal ini, penjajahan bukanlah dilakukan secara fisik, melainkan dalam bentuk pemikiran dan pandangan yang dianggap wajar oleh masyarakat (doktrinasi).
2).Tidak adanya keberanian untuk ‘memberontak’ dari sekelompok masyarakat yang telah sadar bahwa kehidupannya selama ini masih terjajah. Membutuhkan keberanian dan tekad yang luar biasa besar untuk dapat merombak pola pikir masyarakat yang telah turun-temurun diwariskan. Tentunya resiko berat yang menghadang bagi mereka yang berani mencoba untuk melanggar pantangan, telah menanti. Namun tidak ada jalan lain bagi kita untuk dapat merombak pola pikir masyarakat selain mendobrak apa yang mereka anggap tabu.
3).Kurangnya wadah yang menampung berbagai macam aspirasi secara keseluruhan tanpa memandang daerah, profesi, usia, suku bangsa, agama maupun golongan. Walaupun telah muncul berbagai macam LSM maupun lembaga yang menaungi hak perempuan atau yang lain, lembaga-lembaga tersebut tetap tidak dapat berkembang sesuai adanya dikarenakan adanya berbagai peraturan yang mengatur maupun terdapat berbagai macam factor lainnya.
Belum adanya tindakan nyata oleh masyarakat untuk menangkal bias-bias diskriminasi gender dalam kehidupan sosial masyarakat, menyebabkan munculnya beberapa pengaruh atau dampak yang masih bisa kita lihat dan rasakan sampai saat ini,
4).Terdapat pembedaan persepsi tentang sifat dan peranan pria dan wanita yang sudah terlanjur diterima secara wajar dan dianggap benar oleh masyarakat, dimana hal tersebut masih bersifat timpang tindih dan mengandung bias-bias gender dalam kehidupan masyarakat.
5).Munculnya anggapan dari sebagian kelompok yang menganggap bahwa wanita adalah makhluk sekunder dalam kehidupan sosial masyarakat, hal tersebut tampak dalam berbagai adapt istiadat maupun kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai macam suku bangsa yang tersebar

Monday, May 24, 2010

Tips Sebelum Membeli Apartemen

Tips Sebelum Membeli Apartemen

Berikut beberapa tips untuk anda yang ingin membeli / mencari apartemen :
1.Kemudahan untuk mencapai tempat beraktifitas menjadi pilihan oleh banyak orang untuk membeli / mencari apartemen. Karena lokasi adalah hal yeng paling utama yang harus diperhatikan.
2.Pilih apartemen dengan unit berbentuk persegi karena bentuk inilah yang paling ideal. Jika bentuknya bersudut sudut akan menyusahkan dalam hal pengaturan tata ruang.
3.Lihat juga susunan tata ruang di dalam apartemen. Harus efektif dan mengalir sehingga sirkulasi kegiatan penghuninya tidak simpang siur.
4.Apakah seluruh ruangan di apartemen mendapatkan bukaan kearah luar gedung? Jika tidak,dikhawatirkan tidak ada sinar matahari masuk. sehingga ruangan didalam apartemen menjadi lembab.
5. Adakah ruang servicenya, ruang service ini digunakan sebagai tempat jemuran atau gudang sehingga jemuran dan barang – barang yang tidak diperlukan tidak ditaruh dibalkon atau koridor yang akan merusak pemandangan[kamissore.blogspot.com]

Tuesday, May 11, 2010

Hubungan Antara Antropologi Dan Ilmu-ilmu Lain

Hubungan Antara Antropologi Dan Ilmu-ilmu Lain

1.    Ilmu geologi                                              
2.    Ilmu paleontology
3.    Ilmu anatomi
4.    Ilmu kesehatan masyarakat
5.    Ilmu psikiatri
6.    Ilmu linguistic
7.    Ilmu arkeologi
8.    Ilmu sejarah
9.    Ilmu geografi
10.  Ilmu ekonomi
11.  Ilmu hukum adat
12.  Ilmu administrasi
13.  Ilmu politik 


Hubungan Antara Antropologi-Sosial Dan Sosiologi


Persamaan dan perbedaan antara kedua ilmu, Antropologi sosial dengan suatu ilmu lain yang sebutannya telah lama dikenal umum, yaitu sosiologi. untuk menjadi suatu himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayan penduduk orang Eropa, untuk mendapat pengertian tentang tingkat-tingkat permulan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan sendiri.

Sebaliknya ilmu sosiologi dimulai sebagai suatu filsafat sosial dalam rangka ilmu filsafat yang menjadi suatu ilmu kihusus karena krisis masyarakat di Eropa menyebabkanbahwa orang Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenenai azas-azas masyarakat dan kebudayannya sendiri.

Friday, April 30, 2010

Ilmu-ilmu Bagian Dari Antropologi

Ilmu-ilmu Bagian Dari Antropologi

Ilmu antropologi mengenal juga ilmu-ilmu bagian, yaitu:

1.    Paleo-antropologi

2.    Antropologi fisik

3.    Etnolinguistik

4.    Prehistori

5.    Etnologi

Tuesday, January 19, 2010

Falsafah Dalam Bidang Sosial

Falsafah Dalam Bidang Sosial

Norma sosial dapat menekan konflik sosial setidaknya dengan tiga cara:

•Norma sosial mencegah munculnya konflik – misalnya: di sebuah keluarga yang menerapkan norma ‘semua dibagi rata’, tidak akan muncul konflik mengenai bagaimana membagi makanan, uang jajan, dll; di sebuah masyakakat yang mengutamakan harmoni, orang cenderung menyembunyikan ketidakpuasannya

•Norma sosial mengatur bagaimana konflik dijalankan – misalnya: ada norma bahwa pihak-pihak yang berselisih harus berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri sebelum mengundang pihak ketiga untuk menengahi; ada norma yang mendorong masyarakat menyelesaikan masalah secara kekeluargaan sebelum membawa masalah tersebut ke pengadilan

•Norma sosial menyediakan solusi terhadap masalah yang muncul – misalnya: norma ‘sing tuwo ngalah’ mengarahkan bagaimana sebuah perselisihan dapat diselesaikan.


Di sisi lain, norma sosial dapat mendorong konflik:

•Norma sosial mendorong untuk mempertahankan posisi – misalnya: norma ‘membela kaum lemah’, ‘membela tanah air’, ‘melawan ketidakadilan’ mendorong orang untuk teguh mempertahankan posisinya

•Norma sosial yang digunakan berbeda atau diterjemahkan secara berbeda – misalnya: penganut norma ‘time is money’ cenderung berkonflik dengan penganut norma ‘alon-
alon waton kelakon’; pihak yang menekankan pada aspek ‘alon-alon’ cenderung berkonflik dengan yang menekankan pada aspek ‘kelakon’.

•Norma sosial berkaitan dengan masalah emosi dan persepsi akan ‘keadilan’ – misalnya ketika para terroris maupun pemerintah America sama-sama menganggap diri sebagai penegak kebenaran.

Pengaruh Media Terhadap Perubahan Sosial

Pengaruh Media Terhadap Perubahan Sosial

Bagaimana pengaruh media komunikasi massa terhadap perubahan masyarakat, lebih jauh bagaimana perubahan itu dalam kaitan dengan masyarakat Indonesia yang pluralistis, merupakan persoalan kunci pembahasan ini. Media massa dipandang punya kedudukan strategis untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Dengan begitu media massa merupakan instrumen fungsi pragmatis dari pihak di luar media massa ataupun bagi pemilik media massa sendiri dalam menghadapi masyarakat. Pada sisi lain, keberadaan media massa dilihat dari sifat materinya yang terdiri atas fakta dan fiksi. Kedua macam materi ini selain memiliki perbedaan dalam hal sumbernya, juga memiliki konteks kemanfaatan yang berbeda bagi penerimanya. Materi faktual membawa penerimanya kepada alam interaksi sosial yang bersifat empiris dan obyektif,
sementara materi fiksional ke alam psikologis yang sifatnya subyektif. Secara sederhana dapat disebut bahwa yang pertama mengajak orang untuk ke dunia luar, untuk terlibat pada alam sosial.Sedang yang kedua membawa orang ke dunia dalam, memasuki alam psikologisnya sendiri.

Secara akademik, keberadaan media massa dan masyarakat perlu dilihat secara bertimbal balik. Untuk itu biasa digunakan landasan konseptual, setidaknya ada 2 pandangan yaitu apakah media membentuk (moulder) atau mempengaruhi masyarakat, ataukah sebaliknya sebagai cermin atau dipengaruhi oleh realitas masyarakat. Dalam bahasa sederhana, apakah media massa menjadi penyebab rusaknya masyarakat, ataukah media massa hanyalah mencerminkan wajah codet masyarakat? Dua landasan ini menjadi titik tolak dari bangunan epistemogis dalam kajian media, yang mencakup ranah pengetahuan mengenai hubungan antara masyarakat nyata(real) dengan media, antara media dengan masyarakat cyber, dan antara masyarakat real dengan masyarakat cyber secara bertimbal-balik.

Alasannya , bahwa media membentuk masyarakat bertolak dari landasan bersifat pragmatis sosial dengan teori stimulus – respons dalam behaviorisme. Teori media dalam landasan positivisme ini pun tidak bersifat mutlak, varian pengaruh media massa terdiri atas 3 varian, pertama: menimbulkan peniruan langsung kedua: menyebabkan ketumpulan terhadap norma dan ketiga: terbebas dari tekanan psikis bagi khalayak media massa. Selain itu dikenal pula kerangka konseptual tentang keberadaan media massa dengan landasan bersifat kultural, melalui perspektif kritis yang melihat pengaruh media adalah dalam menyampaikan dan memelihara dominasi ideologi borjuis, membentuk dan memelihara ideologi dominan atau nilai arus utama (mainstream) dalam masyarakat.

Saturday, January 16, 2010

Karakteristik Pranata Sosial

Karakteristik Pranata Sosial

Dalam kehidupan masyarakat banyak ditemui pranata sosial, sehingga sering tidak mudah untuk membedakan antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk pemahaman lebih lanjut perlu kiranya mengenali karakteristik umum dari pranata sosial yang dikemukakan oleh Gillin and Gillin, sebagai berikut: (Soemardjan dan Soemardi, 1964:67-70)

Pranata sosial terdiri dari seperangkat organisasi daripada pemikiran-pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan. Karakteristik ini menegaskan kembali bahwa pranata sosial terdiri dari sekumpulan norma-norma sosial dan peranan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Pranata sosial itu relatif mempunyai tingkat kekekalan tertentu. Artinya, pranata sosial itu pada umumnya mempunyai daya tahan tertentu yang tidak lekas lenyap dalam kehidupan bermasyarakat.

Pranata sosial itu mempunyai tujuan yang ingin dicapai atau diwujudkan. Tujuan dasarnya adalah merupakan pedoman serta arah yang ingin dicapai. Oleh karena itu, tujuan akan motivasi ataupun mendorong manusia untuk mengusahakan serta bertindak agar tujuan itu dapat terwujud. Dengan tujuan inilah maka merangsang pranata sosial untuk dapat melakukan fungsinya.

Pranata sosial merupakan alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya. Alat-alat perlengkapan pranata sosial dimaksudkan agar pranata yang bersangkutan dapat melaksanakan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan.

 Pranata sosial itu mempunyai dokumen, baik yang tertulis maupun tidak. Dokumen ini dimaksudkan menjadi suatu landasan atau pangkal tolak untuk mencapai tujuan serta melaksanakan fungsinya.

Tuesday, December 8, 2009

Faktor Internal Penyebab Perubahan Masyarakat

Faktor Internal Penyebab Perubahan Masyarakat

Beberapa Faktor internal yang menyebabkan perubahan suatu masyarakat adalah sebagai berikut:

A.Bertambah atau berkurangnya Penduduk
Masyarakat di Pulau Jawa yang berpenduduk sangat besar jumlahnya, banyak mengalami perubahan-perubahan dalam struktur  dan lembaga masyarakatnya. Perubahan-perubahan itu mulai dari sistem hak milik, sewa tanah, gadai tanah, sistem bagi hasil, dan sebagainya yang sebelumnya belum dikenal.

B.Penemuan-penemuan Baru
Suatu penemuan baru, dalam kebudayaan rohaniah (immaterial) maupun jasmaniah (material), mempunyai pengaruh yang bermacam-macampada masyarakat:
1).Pengaruh penemuan baru seringkali meluas kebidang-bidang lainnya misalnya penemuan alat komunikasi, seperti radio, TV, Telepon, Faksimili, Internet, dan sebagainya yang menyebabkan perubahan terhadap lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, pemerintahan, rekreasi dan sebagainya.
2).Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari suatu lembaga ke lembaga yang lain, misalnya penemuan kapal terbang membawa pengaruh pada perubahan metode perang sehingga melebarkan kesenjangan antara Negara-negara besar dengan Negara-negara kecil.
3).Beberapa jenis penemuan baru juga dapat mengakibatkan satu jenis perubahan , misalnya penemuan mobil, kereta api,  telepon, dan lain-lain, menyebabkan tumbuhnya pusat-pusat kehidupan di pinggir kota.
4).Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideology, kepercayaan, sistem hukum, dan lain-lain) berpengaruh terhadap lembaga kemasyarakatan. Adat-istiadat, maupun pola perilaku social, misalnya dengan dikenalnya nasionalisme oleh orang-orang Indonesia yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-20, timbullah gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik, lahirlah lembaga-lembaga social baru yang bersifat nasional.

C.Konflik Dalam Masyarakat
Konflik atau pertentangan dapat berupa:
1).Konflik antar individu dalam masyarakat
2).Konflik antar kelompok
3).Konflik antar individu dengan kelompok
4).Konflik antar generasi
Sebagai Proses sosial, konflik memang merupakan proses  disosiatif . namun tidak selalu berakibat negative. Suatu Konflik yang disadari akan memecahkan ikatan sosial biasanya akan diikuti  dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial.

D.Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Revolusi yang terjadi pada tahun 1917  (Februari 1917- Oktober 1917)di Rusia menyebabkan perubahan besar pada masyarakatnya. Perubahan yang meliputi tata sosia, ekonomi, dan politik itu menyebabkan runtuhnya kekuasaan tsar serta feodalisme. Perubahan-perubahan itu antara lain, berdirinya negraa yang dikuasai parta komunis, perubahan dari masyarakat agraris kemasyarakat industri, tata pemerintahan absolute menjadi dictator proletariat yang didasarkan pada doktrin Marxisme. Refolusi di Indonesia juga mengubah srtuktur pemerintahan colonial menjadi pemerintahan nasional dengan berbagai perubahan-perubahan yang mengikutinya, mulai dari lembaga keluarga, sistem social, sistem polititk, sistem ekonomi, dan lain-lain.


Monday, November 23, 2009

Membangun karakter

Membangun karakter

Kita tidak perlu mengingkari bahwa rusaknya karakter bangsa mungkin secara tidak langsung disebabkan oleh krisis, tetapi bahwa akar permasalahannya ada pada diri manusia Indonesia itu sendiri. Bukan tidak mungkin apa yang telah kita lakukan selama ini juga merupakan penunjang dari "hilang"-nya jati diri dan rusaknya karakter bangsa. Apabila kita cermati, ternyata sejak 60 tahun terakhir, di Indonesia tidak lagi dilakukan apa yang disebut membangun karakter, bahkan cenderung diabaikan.

Ada suatu premis di dalam character building yang mengatakan bahwa character building is a never ending process, yang artinya bahwa pembangunan karakter dilakukan sejak kita masih berupa janin di dalam kandungan sampai saat kita menutup usia. Oleh karena itu, pembangunan karakter dalam kehidupan kita dapat dibagi dalam tiga tahapan pembangunan karakter, yaitu pada usia dini (tahap pembentukan), usia remaja (tahap pengembangan), dan saat dewasa (tahap pemantapan).

Pembentukan karakter pada usia dini sangat krusial dan berarti sangat fundamental karena di sinilah paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu menanam tata nilai, menanam yang "boleh dan tidak boleh" (the does and the don’t), menanam kebiasaan, serta memberi teladan.

Keempat koridor ini dimaksudkan untuk mentransformasikan tata nilai dan membentuk karakter anak pada usia dini sehingga tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang pembantu. Ironisnya, dalam kehidupan modern ini, pembantu justru menjadi lingkungan (pengaruh) terdekat selama paling tidak 12 jam sehari dan lima hari seminggu. Maka, kita tidak perlu sakit hati bila muncul cibiran yang mengatakan bahwa karakter anak-anak kita justru lebih mirip dengan karakter pembantu.

Kondisi pendidikan formal di negeri juga tak kalah runyamnya. Anak didik kita lebih sebagai "kelinci percobaan" bagi berbagai eksperimen kebijakan ketimbang sebagai anak bangsa yang harus dikembangkan karakternya.

Pembangunan karakter harus dilanjutkan pada tahap pengembangan pada usia remaja. Sayangnya, lingkungan dan kondisi masyarakat kita sangat tidak kondusif untuk mencapai tujuan pembangunan karakter. Hal ini dapat kita kaji lewat keempat koridor tadi.

Koridor tata nilai: berubahnya orientasi tata dari idealisme, harga diri, dan kebanggaan, menjadi orientasi pada uang, materi, duniawi, dan hal-hal yang sifatnya hedonistis.

Dalam koridor the does and the don’t belum terdapat adanya good governance dan good coorporate governance serta law enforcement yang memadai sehingga terdapat cukup banyak celah yang masih dimungkinkan untuk tidak menuju pembentukan karakter yang diharapkan. Dalam koridor kebiasaan, masih cukup banyak dikembangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, seperti tidak menepati waktu, ingkar janji, saling menyalahkan, dan mengelak tanggung jawab. Dalam koridor memberi teladan, ternyata dalam kehidupan bermasyarakat kita masih sangat langka adanya teladan.

Lemahnya kondisi sosial masyarakat yang mendukung tahap pengembangan menyebabkan terganggunya tahap pemantapan. Apa yang akan dimantapkan jika dalam tahap pembentukan dan pengembangan yang tumbuh adalah low trust society (masyarakat yang saling tidak memercayai, tidak ada saling menghargai) yang menunjukkan tidak terbangunnya karakter secara baik dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara.

Perlu diingat, sebuah bangsa akan maju dan jaya bukan disebabkan oleh kekayaan alam, kompetensi, ataupun teknologi canggihnya, tetapi karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Dalam hal ini contohnya antara lain di Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan sebentar lagi di Vietnam. Atau, dapat disimpulkan bahwa bangsa yang didorong oleh karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya. Sementara bangsa yang kehilangan karakter bangsanya akan sirna dari muka bumi.

Thursday, November 19, 2009

Tipe - Tipe Keluarga

Tipe - Tipe Keluarga

Ada enam tipe keluarga menurut Effendi (1998), yaitu :

1). Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri dari ayah, ibu, dan anak -anak.

2). Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya : nenek, kakak, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3). Keluarga berantai (Serial Family), terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4). Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5). Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6). Keluarga kabitas (Cohabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family), karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu komunitas dengan adat istiadat yang sangat kuat.

Kepemimpinan dan Sistem Politik Tradisional Papua

Kepemimpinan dan Sistem Politik Tradisional Papua

Sebenarnya perdebatan antara pemimpin desa dan kepala suku sudah berlangsung, sebab menurut Prof Dr Matulada pakar antropolog dari Universitas Hasanuddin Makassar bahwa ada dua aliran dalam masalah pedesaan ini. Aliran pertama adalah melihat "penyeragaman desa" sebagai upaya penanganan yang paling efektif. Sedangkan aliran kedua adalah yang melihat "keanekaragaman desa" sebagai pangkal pemahaman secara mendasar aspirasi masyarakat untuk berpartisipasi.Aliran pertama telah terkondisikan di Pulau Jawa, Madura dan Bali. Bahkan telah diterapkan juga di tanah Papua. Namun berkaitan dengan hal ini ada sesuatu yang seharusnya menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan/kebijakan yakni," hilangnya sifat khas kampung ynag tadinya beranekaragam" danakan tumbuhnya kekuatan sentrifugal yang akan membawa ancaman terhadap integrasi masyarakat yang bisa berkelanjutan pada rusaknya integrasi bangsa. Sebab penyeragaman pada hakekatnya dipandang sebagai paksaan dan mengundang keresahan. Karena itu menurut Matulada, penyeragaman semua lambang kampung menjadi asing dantidak memiliki nilai intrinsik dalam kebudayaan setempat. Kesan umum justru memperlihatkan penyragaman itu idnetik dengan proses Jawanisasi yang sebenarnya harus dipandangsebagai langkah yang tidak nasionalis (Kompas, 9 Juli 1992). Akibatnya semua kebijakan mengacu pada kondisi masyarakat Jawa yang tidak cocok dengan luar Jawa. Misalnya, pemerintahan daerah ditentukan oleh pusat. Sedangkan peranan daerah amat kecil. Padahal dalam kehidupan itu, keragaman tidak bisa ditolak bahkanditiadakan oleh pembangunan Indonesia sebelum ini.

Prof Dr Mursal Esten menambahkan masing-masing daerah jelas memiliki keragaman yang menuntut kebijakan yang khas pula dan tentu tidak disentralisasikan ( Kompas, 27 Nopember 1999).Pendapatsenada juga disampaikan tokoh masyarakat Dayak Stevanus Juweng dari Lembaga Dayakologi yang mengatakan bahwa penggusuran secara sistematis wilayah adat yang dibangun atas dasar kesatuan genealogis dan kemudian diganti dengan pembentukan desa secara administratif,bahkan di beberapa kampung adat digabungkan menjadi satu desa mengaburkan batas wilayah adat. Demikian pula status tanah adat dan hal ulayat. Akibatnya keberadaan hukumadat peserta pemuka adat direkayasa , dikikis dan sekaligus dimatikan peran sosial serta pengaruhnya oleh penguasa. Mereka yang layak menjadi kepala desa harus berpendidikan minimal sekolah dasar atau SD. Sehingga ini menutup peluang bagipemuka adat. Kriteria ikatansosial pun bukan lagi atas dasar keturunan tetapi lokasi desa. Pendek kata pembentukan desa gaya baru itu justru mengubah danmenghancurkan tata keidupanmasyarakat adat secara total (Kompas, 25 Okotber 1999). Padahal kalau mau dikajisecara mendalam, sebenarnya di Indonesia memiliki keragaman budaya yang sudah pasti mempunyaikeragaman kepemimpinan tradisonal.Menurut Dr JR Mansoben, MA dalam bukunya berjudul " Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya (Papua) kepemimpinan bisa dibagi menjadi beberapa type yaitu :

1. Type Raja
Kerajaaan tradisional berdasarkan geografisnya terbagi dalam beberapa wilayah. Pertama Kepulauan Raja Ampat Sorong . Kedua wilayah semenanjung Onin dan ketiga Kowiai atau Namatota. Para pemimpin di pusat-pusat dan kepemimpinan ini biasanya dipanggil raja. Tetapi setiap wilayah mempunyai bahasa sendiri untuk menyebut raja-raja mereka. Di kepulauan Raja Ampat gelar seorang pemimpin adalah Fun atau kalana. Sedangkan di Onin disebut Rat,meskipun istilah umum orang lebih mengenal istilah Raja.

2. Tipe Pria Berwibawa (Big Man Leader)
Konsep pria berwibawa menurut pakar antropologi digunakan untuk menyebut para pemimpin politik tradisional di wilayah daerah-daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia. Kepemimpinan ini bisa dilihat pada masyarakat Maybrat di Pusat Kepala Burung yaitu sistem politik Bobot. Orang-orang Me dengan sistem politik Tonowi. Orang-orang Muyu dengan sistem politik Kayepak. Ciri-ciri utama dari sistem kepemimpinann ini adalah melalui pencapaian (achievement) dan pewarisan kedudukan pemimpin (ascibed status). Sumber kekuasaan dari tipe politik ini yaitu kemampun individual yang diwujudkan dalam bentuk berhasil mengalokasikan dan mendistribusikan kekayaan, kemampuan berpidato dan berdiplomasi, serta keberanian pemimpin perang.

3. Kepala Suku ( Ondoafi)
Sistem politik Ondoafi terdapat pada bagin Timur Laut Provinsi Papua yaitu orang-orang Sentani, orang-orang Genyem (Nimboran), penduduk Teluk Humbold (Yos Sudarso), orang Tabla, orang Yaona, orang Yakari Skouw dan orang Arso Waris. Yang menjadi ciri utamanya yaitu pewarisan kedudukan dan birokrasi tradisional. Bedanya dari sistem kerajaan karena faktor-faktor teritorial dan orientasi politik. Artinya, ondoafi hanya terbatas pada satu yo atau kampung saja dan kesatuan sosialnya terdiri dari satu golongan atau sub golongan etnik saja.

4. Sistem Kepemimpinan Campuran
Kepemimpinan ini mempunyai ciri utama yaitu kedudukan pemimpin merupakan hasil pencapaian dan pewarisan. Artinya seseorang bisa menjadi pemimpin berdasarkan kemampuan individual, berprestasi dan keturunan. Pendukung sistem kepemimpinan campuran terdapat pada masyarakat Teluk Cenderawasih seperti orang-orang Biak, Wandamen, Waropen, Yawa dan Waya.Keempat ciri di atas merupakan gambaran bagaimana di tanah Papua ini terdapat beragam sistem pemerintahan tradisional yang sebenarnya perlu dikaji dan diterapkan dalam memacu pembangunan masyarakat di sini. Terutama sekali para pengambil kebijakan yang selalu tidak mau mendengar aspirasi masyarakat bawah. Misalnya pembagian wilayah dilakukan tanpa melihat batas-batas klen hingga tak heran kalau ada orang Muyu di Papua New Guinea (PNG) atau ada orang Irarutu di Kabupaten Fakfak dan Manokwari.

Saturday, November 14, 2009

Nilai-nilai budaya

Nilai-nilai budaya

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :
1.    Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2.    Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3.    Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat

Saturday, November 7, 2009

Anak sebagai Perekat Keluarga

Anak sebagai Perekat Keluarga
ANAK dan cucu tidak sekadar anugerah yang membahagiakan, tetapi juga menjadi perekat keluarga dalam menjaga keutuhan rumah tangga.
Kiranya hal ini sangat dirasakan Ari Darmastuti yang sudah puluhan tahun berumah tangga dengan suami tercinta, Sahat Mampe Parulian Sembiring.
Menurut Ari, orang hidup pasti punya masalah, hal itu juga tidak luput bagi pasangan suami-istri yang sudah mengikat komitmen pernikahan. Dalam mengayuh biduk rumah tangga selalu ada saja masalah yang mengadang, entah dari internal ataupun dari pihak luar.
Ari berprinsip semua masalah harus dicari solusinya, bukan penyebabnya. Selalu berpikir positif. Cara berpikir yang menggali-gali masalah hanya akan membuang-buang energi.
"Saya selalu berpedoman kepada cara orang tua saya, yaitu mencari penyelesaian, bukan mencari-cari penyebab," ujarnya di rumahnya, Jalan Purnawirawan, Gang Swadaya 7 No. 46, Bandar Lampung, Jumat (6-11).
Ari mengakui kendala yang cukup berat dia hadapi di masa awal pernikahannya adalah adaptasi dua budaya yang berbeda. Ari dengan akar budaya Jawa harus bisa menerima sang suami yang berasal dari Batak. Seperti umumnya orang Jawa, setiap ada masalah, Ari membutuhkan waktu cukup lama memikirkan masalah tersebut. Berbeda dengan suami yang bersifat lebih terbuka dan tidak pernah memendam masalah.
"Kalau ada masalah, kadang saya berpikir sampai dua hari, kalau suami tidak, ada masalah saat itu, ya selesai saat itu juga, besok sudah lupa," kata dosen FISIP Universitas Lampung ini.
Ibu empat anak ini sangat menyadari, perbedaan itu harus diterima, sebagai pasangan, mereka harus saling melengkapi. Ari bersukur dianugerahi banyak anak.
Keempat anaknya; Sari Indah Oktanti Sembiring, Dwi Arida Harja Sembiring, Chaerul Tri Rizki Sembiring, dan Yuni Kurnia Lestari Sembiring, menjadi perekat keluarga. Sikap saling pengertian semakin lama semakin terbangun. Pasangan suami-istri ini tidak melulu memikirkan kepuasan dan kebahagiaan diri masing-masing, yang paling utama adalah kebahagiaan anak-anak.
Ukuran kebahagiaan bukan pada karier dan materi. Kebahagiaanya muncul dari hal-hal yang sederhana, seperti melihat anak sehat, bersekolah dengan baik, dan punya suami yang menyayangi keluarga.
Bagi Ari, hidup itu sesuatu yang menyenangkan. Moto hidup ini mengantarkan hubungannya dengan suami selalu segar setiap hari. Sesekali, mereka makan di luar bersama kelurga besar. Kalau dulu, Ari masih sering karaoke bersama suami dan teman-temannya, tapi saat ini dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-cucu dan jalan-jalan keliling kota bersama sang suami.
Sabtu (7-11) kemarin, menjadi hari bahagia bagi suaminya. Suatu kejutan sudah disiapkan Ari bersama anak, cucu, menantu untuk merayakan ulang tahun suaminya yang ke-46 tahun. Makanya tidak heran, siang itu rumah Ari sangat ramai dengan anak-anak. Ternyata, hari itu, keempat anak dan cucunya berkumpul di rumah untuk menyiapkan kue dan hadiah bagi suaminya.
"Kami mau bikin surprise, jadi anak-anak dan cucu ngumpul semua, besok (Sabtu, red), saat bangun pagi, anak-anak akan memberi surprise buat papanya," kata Ari.
Tradisi ulang tahun ini ikut membangun ikatan emosional keluarga inti. "Kemarin saat saya ulang tahun, saya dikasih hadiah laptop sama suami," ujar Ari tersenyum.(lampost)

Saturday, October 17, 2009

Cara Pandang Sosiologi

Cara Pandang Sosiologi

Secara formal disiplin dari sosiologi adalah studi yang sistematik dari human society dan di pusat (jantung) sosiologi adalah (distinctive paint of view) cara pandang yang khusus (tersendiri). Paling tidak ada tiga cara pandang dalam sosiologi : (Mateionis,1997)
 
Melihat Hal-hal Umum Di dalam Hal-hal Yang Khusus

Peter Berger (1963) menggambarkan karakteristik dari perspektif sosiologi adalah: “melihat umum di dalam khusus”, yaitu mengidentifikasi pola-pola umum di dalam tingkah laku khusus dari individu-individu. Mengingat bahwa masing-masing individu adalah khusus (unik) maka sosiolog mengenali tingkah laku masyarakat dalam bentuk yang berbeda-­beda sesuai dengan katagori dari kelompok individu yang diamati (seperti anak-anak dibandingkan dengan orang tua atau kelompok perempuan dengan laki-laki, atau kelompok kaya dengan kelompok miskin). Dari sini kalau kita memulai berpikir secara sosiologi, maka kita harus mulai dengan menyadari bahwa katagori umum dari masyarakat yang kita amati akan membentuk atau mengarahkan pengalaman hidup dari individu individu dimana mereka berada. Sebagai contoh adalah pembedaan antara anak dan orang dewasa tidak hanya dari bentuk fisiknya namun dari seberapa jauh tingkah lakunya sudah dipengaruhi oleh pengalaman masyarakat di dalam bertingkah laku. Anak-anak seringkali menerima, pemberian seseorang dengan tangan kiri atau kanan namun orang dewasa akan selalu menerima pemberian seseorang dengan tangan kanan (Indonesia).

Melihat Sesuatu Yang Asing Di dalam Hal-Hal Yang Sudah Biasa

Usaha untuk melihat sesuatu yang asing dalam sosiologi tidak berarti bahwa sosiolog selalu memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat aneh afau ganjil (bizarre) dalam masyarakat. Namun yang dimaksud adalah didasarkan kepada suatu ide bahwa hal-hal yang biasa (familiar) dalam tingkah laku manusia adalah sangat sederhana yaitu menyangkut apa yang diputuskan manusia untuk melakukan sesuatu yang disukai. Di sini tindakan tersebut dapat menimbulkan wacana yang dianggap asing (strange) dalam petunjuk masyarakat (society) tentang cara kita berpikir dan bertindak.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan alasan seseorang untuk masuk sekolah adalah bermacam-macam dan menyangkut hal-hal yang biasa seperti untuk memperoleh kekayaan, memperoleh ijasah untuk dapat pekerjaan, dan alasan-alasan lain. Namun untuk kelompok tertentu mereka masuk sekolah karena sekedar mencari pacar atau pasangan Bahkan untuk masyarakat pada masa-masa ratusan tahun yang lalu mereka tidak membutuhkan sekolahan (bukan merupakan pilihan). Dengan demikian maka adalah mudah untuk menunjukkan bahwa masyarakat (society) mempengaruhi apa yang kita kerjakan. Bahkan lebih dari itu masyarakat (society) juga menentukan (mempengaruhi) siapakah kita.

Contoh yang paling jelas adalah nama-nama yang digunakan oleh selibriti terkenal menggunakan nama-nama yang dipengaruhi oleh masyarakat. Tom Cruise mempunyai nama asli Thomas Mapotreh, Cher mempunyai nama asli Cheriiyn Sarkisian, atau Bruce Lee mempunyai nama asli Lee Yuen Kam.

Individuality Dalam Konteks Sosial
Perspektif sosiologi seringkali menantang suatu common sense dengan mengungkapkan bahwa tingkah laku manusia bukanlah bersifat individualistik seperti yang seringkali kita pikirkan (duga). Yang terjadi adalah bahwa tingkah laku individu tersebut seringkali menyangkal individualistiknya masing-masing pribadi. Bahkan dalam kandisi yang berat dan menyakitkan seringkali tingkah laku manusia akan disesuaikan dengan pola-pola sosial masyarakat. Sebagai contoh adalah hasii studi tentang bunuh diri. Di sini tindakan bunuh diri adalah sesuatu yang sangat personal dan diduga sangat individualistik. Dalam kenyataannya diperoleh fakta bahwa kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya menjadi penentu di dalam jumlah dan motivasi bunuh diri. Emile Durkheim (1858-1917) menemukan bahwa laki-laki protestant dari keluarga yang berkecukupan, dan tidak menikah merupakan kelompok yang paling banyak melakukan tindakan bunuh diri (dibandingkan dengan perempuan Katolik atau Jahudi, miskin, dan menikah). Mereka yang banyak melakukan bunuh diri berkaitan dengan faktor lemahnya derajad integrasi, kuatnya isolasi sosial, dan tingginya sifat individualistik kelompoknya.

Pentingnya Perspektif Global
Dunia ini dihuni oleh banyak penduduk yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, kelompok golongan, dan lain-lain yang tinggal di banyak wilayah permukiman (global village). Orang Amerika merupakan salah satu bangsa yang hidup berkecukupan di global village tersebut. Perspektif sosiologi mengingatkan mereka bahwa keberhasilan mereka dilihat dari sudut individual maupun bangsa merupakan hasil dari adanya privileged position (posisi yang menguntungkan atau posisi yang mempunyai hak istimewa) yang mereka peroleh dalam suatu sistem sosial dunia yang luas. Lalu bagaimana global perspective dapat meningkatkan atau memperbaiki (enhance) sosiologi?

Secara singkat dapat dikemukakan lewat adanya kesadaran global yang merupakan perluasan perspektif sosiologi. Di sini kita disadarkan bahwa di dalam global village ini tidak semua bangsa atau negara makmur dan enak. Negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan sebagian Asia (termasuk Indonesia) yang menggantungkan dirinya di bidang pertanian tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara industrialis Eropa Barat atau Amerika. Dalam global sosial sistem, masing-masing posisi dari suatu bangsa atau negara akan mempengaruhi kondisi sosial bangsa lain. Adanya kemiskinan dan kerusuhan di suatu negara seperti Indonesia misalnya akan berdampak secara global dan langsung menghantam wilayah lain termasuk negar-negara industri di belahan dunia yang lain (Amerika Serikat juga).

Ada tiga pandangan mengapa kesadaran global dapat meningkat, yaitu:
(1) Masyarakat sosial dunia sudah semakin terkait dengan erat,
(2) Global perspektif memungkinkan kita untuk melihat bahwa permasalahan manusia yang kita hadapi, juga (bahkan lebih) terasa di belahan dunia lain.
(3) Berpikir secara global adalah cara yang terbaik untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri, demi perbaikan diri sendiri.

Wednesday, October 14, 2009

Pengertian Kenakalan Remaja

Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua prilaku yang menyimpang dari norma-norma hokum pidana yang dialukukan oleh remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.

Kartono (ilmuan sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan isltilah Juvenule delinquency merupakan gejala potologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mengembangkan bentuk prilaku menyimpang.

Santrock mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai prilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Kenakalan remaja merupakan perbuatan anak-anak yang melanggar norma sosial, norma hokum, norma kelompok dan mengganggu ketrentaman kelompok.

Jenis Jenis Kenakalan Remaja
Berikut ini terdapat beberapa jenis kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :
1) Penyalahgunaan Narkotika
Fungsi utama narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan dirumah sakit untuk orang yang mendirita sakit beraty (misalkan kangker) dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang-orang yang akan menjalani operasi. Disamping itu, narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbul efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan narkotika meskipun tidak sedang menderita sakit. Hal itulah yang mengakibatkan penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan adanya adiksi atau ketergantungan.

Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau.

2) Perilaku Seksual di Luar Nikah
Perilaku seksual diluar nikah terjadi sebagai akabat masuknya kebudayaan barat barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial pada masyarakat Indonesia. Masuknya paham Children Of God (COG) sangat bertentangan dnegan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya COG merupakan Free Sex (seks bebas) merupakan kebebasan hubungan seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar nikah menurut agama adalah dosa besar

3) Perkelahian Pelajar
Perkelahian antar pelajar dapat merusaka dan memperlemah persatuan dan kesatuan para pelajar dan merusak nilai-nilai sosial. Peranan organisasi pelajar, seperti OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), dan Pramuka sangat penting di dalam pembentukan sikap dan tingkah laku para pelajar. Melalui organisasi pelajar kite kembangkan kreativitas dan efektifitas kaum pelajar. Apabila terjadi masalah, selesaikan dengan musyawarah atau jalur hokum, jangan menggunakan kekuatan fisik.
Disamping contoh yang diekemukakan di atas , mash banyak bentuk kenakalan remaja. Misalnya kebut-kebutan, minum-minuman keras, bolos ekolah, membunuh, berbohong, keluyuran, mencuri, dan aksi coret-coret di tembok atau pagar.

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:

1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua benytuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.

3. Keluar
Percerian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan anntar anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab kenakalan remaja.

4. Teman sebaya yang kurang baik
Pengaruh teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila dibungkus dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila sebatang kayu cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan wangi baunya. Perumpamaan ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak dikemudian hari akan banyak masalah bagi dirinya sendiri dan orang tuanya.

5. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu tugas orang tua kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih sering terjadi dalam masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa depan anaknya memilih fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua. Pemaksaan ini justru kan berakhir dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudain kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka mudah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

6. Penggunaan waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila bentuk kegiatan itu positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negative maka lingkungan akan tergangu. Seringkali perbuatan negative ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun teman seperjuangannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.

7. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

1. Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.

3. Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.

4. untuik menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang baik.

5. Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.

6. Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya. Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.

7. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.

8. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Older Post ►
 

Copyright 2012 Mathedu Unila is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot