Saturday, October 17, 2009

Cara Pandang Sosiologi

Cara Pandang Sosiologi

Secara formal disiplin dari sosiologi adalah studi yang sistematik dari human society dan di pusat (jantung) sosiologi adalah (distinctive paint of view) cara pandang yang khusus (tersendiri). Paling tidak ada tiga cara pandang dalam sosiologi : (Mateionis,1997)
 
Melihat Hal-hal Umum Di dalam Hal-hal Yang Khusus

Peter Berger (1963) menggambarkan karakteristik dari perspektif sosiologi adalah: “melihat umum di dalam khusus”, yaitu mengidentifikasi pola-pola umum di dalam tingkah laku khusus dari individu-individu. Mengingat bahwa masing-masing individu adalah khusus (unik) maka sosiolog mengenali tingkah laku masyarakat dalam bentuk yang berbeda-­beda sesuai dengan katagori dari kelompok individu yang diamati (seperti anak-anak dibandingkan dengan orang tua atau kelompok perempuan dengan laki-laki, atau kelompok kaya dengan kelompok miskin). Dari sini kalau kita memulai berpikir secara sosiologi, maka kita harus mulai dengan menyadari bahwa katagori umum dari masyarakat yang kita amati akan membentuk atau mengarahkan pengalaman hidup dari individu individu dimana mereka berada. Sebagai contoh adalah pembedaan antara anak dan orang dewasa tidak hanya dari bentuk fisiknya namun dari seberapa jauh tingkah lakunya sudah dipengaruhi oleh pengalaman masyarakat di dalam bertingkah laku. Anak-anak seringkali menerima, pemberian seseorang dengan tangan kiri atau kanan namun orang dewasa akan selalu menerima pemberian seseorang dengan tangan kanan (Indonesia).

Melihat Sesuatu Yang Asing Di dalam Hal-Hal Yang Sudah Biasa

Usaha untuk melihat sesuatu yang asing dalam sosiologi tidak berarti bahwa sosiolog selalu memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat aneh afau ganjil (bizarre) dalam masyarakat. Namun yang dimaksud adalah didasarkan kepada suatu ide bahwa hal-hal yang biasa (familiar) dalam tingkah laku manusia adalah sangat sederhana yaitu menyangkut apa yang diputuskan manusia untuk melakukan sesuatu yang disukai. Di sini tindakan tersebut dapat menimbulkan wacana yang dianggap asing (strange) dalam petunjuk masyarakat (society) tentang cara kita berpikir dan bertindak.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan alasan seseorang untuk masuk sekolah adalah bermacam-macam dan menyangkut hal-hal yang biasa seperti untuk memperoleh kekayaan, memperoleh ijasah untuk dapat pekerjaan, dan alasan-alasan lain. Namun untuk kelompok tertentu mereka masuk sekolah karena sekedar mencari pacar atau pasangan Bahkan untuk masyarakat pada masa-masa ratusan tahun yang lalu mereka tidak membutuhkan sekolahan (bukan merupakan pilihan). Dengan demikian maka adalah mudah untuk menunjukkan bahwa masyarakat (society) mempengaruhi apa yang kita kerjakan. Bahkan lebih dari itu masyarakat (society) juga menentukan (mempengaruhi) siapakah kita.

Contoh yang paling jelas adalah nama-nama yang digunakan oleh selibriti terkenal menggunakan nama-nama yang dipengaruhi oleh masyarakat. Tom Cruise mempunyai nama asli Thomas Mapotreh, Cher mempunyai nama asli Cheriiyn Sarkisian, atau Bruce Lee mempunyai nama asli Lee Yuen Kam.

Individuality Dalam Konteks Sosial
Perspektif sosiologi seringkali menantang suatu common sense dengan mengungkapkan bahwa tingkah laku manusia bukanlah bersifat individualistik seperti yang seringkali kita pikirkan (duga). Yang terjadi adalah bahwa tingkah laku individu tersebut seringkali menyangkal individualistiknya masing-masing pribadi. Bahkan dalam kandisi yang berat dan menyakitkan seringkali tingkah laku manusia akan disesuaikan dengan pola-pola sosial masyarakat. Sebagai contoh adalah hasii studi tentang bunuh diri. Di sini tindakan bunuh diri adalah sesuatu yang sangat personal dan diduga sangat individualistik. Dalam kenyataannya diperoleh fakta bahwa kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya menjadi penentu di dalam jumlah dan motivasi bunuh diri. Emile Durkheim (1858-1917) menemukan bahwa laki-laki protestant dari keluarga yang berkecukupan, dan tidak menikah merupakan kelompok yang paling banyak melakukan tindakan bunuh diri (dibandingkan dengan perempuan Katolik atau Jahudi, miskin, dan menikah). Mereka yang banyak melakukan bunuh diri berkaitan dengan faktor lemahnya derajad integrasi, kuatnya isolasi sosial, dan tingginya sifat individualistik kelompoknya.

Pentingnya Perspektif Global
Dunia ini dihuni oleh banyak penduduk yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, kelompok golongan, dan lain-lain yang tinggal di banyak wilayah permukiman (global village). Orang Amerika merupakan salah satu bangsa yang hidup berkecukupan di global village tersebut. Perspektif sosiologi mengingatkan mereka bahwa keberhasilan mereka dilihat dari sudut individual maupun bangsa merupakan hasil dari adanya privileged position (posisi yang menguntungkan atau posisi yang mempunyai hak istimewa) yang mereka peroleh dalam suatu sistem sosial dunia yang luas. Lalu bagaimana global perspective dapat meningkatkan atau memperbaiki (enhance) sosiologi?

Secara singkat dapat dikemukakan lewat adanya kesadaran global yang merupakan perluasan perspektif sosiologi. Di sini kita disadarkan bahwa di dalam global village ini tidak semua bangsa atau negara makmur dan enak. Negara-negara Amerika Latin, Afrika, dan sebagian Asia (termasuk Indonesia) yang menggantungkan dirinya di bidang pertanian tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara industrialis Eropa Barat atau Amerika. Dalam global sosial sistem, masing-masing posisi dari suatu bangsa atau negara akan mempengaruhi kondisi sosial bangsa lain. Adanya kemiskinan dan kerusuhan di suatu negara seperti Indonesia misalnya akan berdampak secara global dan langsung menghantam wilayah lain termasuk negar-negara industri di belahan dunia yang lain (Amerika Serikat juga).

Ada tiga pandangan mengapa kesadaran global dapat meningkat, yaitu:
(1) Masyarakat sosial dunia sudah semakin terkait dengan erat,
(2) Global perspektif memungkinkan kita untuk melihat bahwa permasalahan manusia yang kita hadapi, juga (bahkan lebih) terasa di belahan dunia lain.
(3) Berpikir secara global adalah cara yang terbaik untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri, demi perbaikan diri sendiri.

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Mathedu Unila is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot