Mengais Rupiah dari Seledri
Seledri, kebanyakan orang pasti mengenal salah satu jenis sayuran ini. Seledri salah satu komoditas sayuran yang dapat dibudidayakan untuk meningkatkan pendapatan. Karena sayuran ini memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar cukup menarik.
Selain untuk kebutuhan bumbu masak, tanaman ini juga berkhasiat sebagai bahan obat-obatan. Terutama bagi mereka yang mengalami tekanan darah tinggi.
Sayangnya, selama ini tak banyak petani yang tertarik membudidayakan sayuran ini dalam jumlah besar. Alasannya khawatir hama dan penyakit. Ditambah pemasarannya masih terfokus kepada pasar lokal dan luar daerah.
Tanaman seledri memiliki berbagai jenis manfaat mulai untuk dikonsumsi sebagai bumbu masak aneka sayuran juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industri. Antara lain mi instan dan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan lain-lain. Seledri juga dapat dimanfaatkan sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi dengan ditumbuk lalu diperas kemudian airnya diminum.
Kebutuhan pasar, baik lokal maupun pasar ekspor bagi produksi seledri juga cukup menjanjikan. Meskipun penanganan komoditas tanaman ini harus mendapat perhatian tersendiri agar jangan sampai rusak atau layu sebelum tiba di tangan konsumen.
Pengembangan tanaman seledri hingga saat ini umumnya dilakukan di daerah dataran tinggi karena tanaman ini menyukai hawa yang sejuk.
Meski demikian seiring dengan perkembangan dunia agrobisnis, tanaman ini juga dapat dibudidayakan atau hidup di daerah dataran rendah. Namun, pertumbuhannya tidak secepat seperti di daerah dataran tinggi. Batangnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan hasil tanaman di dataran tinggi.
Tanaman seledri awalnya berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia.
Namun, di daerah tropik pertumbuhan tanaman ukuran batangnya kurang besar. Seledri memiliki dua jenis yakni seledri potong (Var sylvester) dan seledri daun (Var secalium).
Salah satu daerah yang mengembangkan tanaman ini di Liwa, Lampung Barat (Lambar). Para petani di Liwa dan sekitarnya umumnya membudidayakan seledri daun.
Salah satunya, Muluk (50), petani dari Way Mengaku, Balik Bukit, Lambar. Muluk telah berhasil membudidayakan tanaman ini.
Saat ditanya tentang kiat-kiat keberhasilannya dalam menanam seledri secara terus-menerus, ia mengatakan selain melihat pangsa pasar juga mempertimbangkan modal yang harus dikeluarkan, penanganannya juga cukup ringan dibanding cabai, kol dan lain-lain. "Menanam seledri itu lebih gampang dibanding cabai atau tanaman kol," kata dia, baru-baru ini.
Soal keuntungan, kata dia, bergantung dengan harga di pasaran. Jika harga sedang melambung maka keuntungan yang diperoleh juga lumayan besar. Seperti pertengahan 2006 lalu, Muluk mengaku meraup untung cukup besar. Karena saat itu harga seledri cukup baik yakni mencapai Rp15 ribu/kg di tingkat petani. Hanya sayangnya modal dan lahan yang dimiliki terbatas sehingga keuntungan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga beberapa hari dan selebihnya digunakan untuk modal menanam sayuran lagi. Coba jika dibudidayakan lebih besar, tentu akan memperoleh untung lebih banyak.(lampost)
Saya lagi cari bahan untuk bisnis daun seledri, adakah ditempat anda petani atau siapapun yang berhasil nanam ini dapat duit.
ReplyDeleteTo: Syaiful Rahman,S.ST
ReplyDeletekAMI Mohon maaf sebelumnya Pak,,karena kami mengutip tulisan ini dari koran lampost,,lebih jelasnya Bapak baca di website tersebut,,terimakasih,,